MANUSIA DAN
PENDIDIKAN (LANJUTAN)
Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di
antara ciptaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia
dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran,
perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.
Pendidikan
adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Jadi dalam hal ini
pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik.
4. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam perspektif Filosofi
Hakikat “manusia adalah subjek pendidikan, sekaligus juga
sebagai objek pendidikan”. Manusia dewasa yang berkebudayaan adalah subjek
pendidikan dalam arti yang bertanggung jawab secara moral atas perkembangan
pribadi anak-anak mereka, generasi penerus mereka. Manusia dewasa, apalagi
ber-profesi keguruan (pendidikan), memiliki tanggung jawab formal untuk
melak-sanakan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang
dikehendaki masyarakat dan bangsa.
Manusia sebagai subjek dihadapkan kepada fenomena baru dalam
kesadarannya, yakni menghadapi problem yang jauh lebih sulit daripada
problema-problema sebelumnya. Manusia sebagai makhluk berpikir bertanya,
siapakah atau apakah aku ini sesungguhnya? Ma-nusia sebagai subjek menjadikan
diri-nya sendiri (sebagai pribadi dan sebagai keutuhan) dan kalau sebagai objek
yang menuntut pengertian, pengetahuan atau pemahamannya. “Kenalilah dirimu!”
adalah kata-kata klasik yang tetap mengandung makna yang ideal, khususnya amat
bersifat pedagogis, di samping bernilai filosofis. Sedemikian jauh, ma-nusia
masih belum yakin bahwa ia telah mengenali dirinya sendiri. Bahkan ma-kin dalam
ia menyelami dan memahami kepribadiannya, makin sukar ia menger-ti
identitasnya. Apa yang ia mengerti tentang kepribadiannya makin ia sadari sebagai
suatu asumsi yang amat “dangkal” dan relatif, bahkan juga amat subjektif.
Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Ada berbagai aliran
filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Pancasila, dsb.
Landasan filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana
ragamnya aliran filsafat. Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis
pendidikan Idealisme, landasan filsofis pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh:
Penganut Realisme antara lain berpendapat bahwa “pengetahuan yang benar
diperoleh manusia melalui pengalaman dria”.
Implikasinya,
penganut Realisme mengutamakan metode mengajar yang memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung
(misal: melalui observasi, praktikum, dsb.) atau pengalaman tidak langsung
(misal: melalui membaca laporan-laporan hasil penelitian, dsb).
5.
Eksistensi Pendidikan dalam Mengembangkan Fitrah Manusia.
A. Manusia sebagai makhluk yang pa-ling indah dan sempurna dalam
pen-citraannya
Manusia merupakan makhluk yang paling indah dibandingkan dengan
semua makhluk ciptaan Tuhan. Indah di sini berarti manusia itu indah dipandang
yang membuatnya mempunyai keuni-kan dibandingkan dengan makhluk lain
B. Manusia sebagai makhluk yang pa-ling tinggi derajatnya
Manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan
makhluk lainnya ciptaan Tuhan
C. Manusia sebagai khalifah di muka bumi Manusia karena ia makhluk
yang paling sempurna pencitraannya diban-dingkan makhluk lainnya membuat ia
menjadi khalifah di muka bumi ini.
D. Manusia sebagai makhluk yang ber-iman dan bertakwa kepada Tuhan
Karena manusia adalah makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan,
selayaknyalah pendidikan di-dasari atas hakikat yang melekat pada dirinya ini.
E. Manusia pemilik hak-hak asasi manusia
Karena manusia mempunyai hak-hak asasi, pendidikan didasari atas
hakikat yang melekat pada dirinya. Hal ini berarti bahwa praktek pendidikan
tidak boleh merendahkan atau tidak menghiraukan hak-hak asasi manusia.
Dengan eksistensi pendidikan manusia jadi sangat berguna dapat
hidup saling membantu dan saling membutuhkan .Fitrah manusia dapat berkembang
dengan pendidikan karna fitrah merupakan hakikat manusia ada dimuka bumi ini
dengan segala kemampuan yang dimiliki oleh manusia, dan segala aspek yang
mendukung dalam kehidupan manusia sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk
social.
6. Hakikat Pengembangan Metode Pendidikan
Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hados. Meta berarti “melalui” dan hados berarti “ jalan atau cara”, bila ditambah logi sehingga menjadi metodologi berarti “Ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan”.Dalam bahasa arab, metode disebut dengan thariqah. Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan pelajaran . jadi, metode mengajar berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.
Edwar Bruce Wesley mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan yaitu sebagai rentetan kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid atau ia adalah proses yang melaksanakan hingga sempurna dan menghasilkan proses belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajar itu menjadi berkesan. Disisi lain Imam Barnadib mengartikan metode sebagai suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan pendidikan. Jadi dengan demikian metode pendidikan adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan dalam pendidikan.
REFERENSI
:
Dr.Muhammad
Sumantri,M.Pd, Pengantar Pendidikan, Modul 1 . Hakikat Manusia dan Pendidikan :
Dr.Y
Suyitno, Manusia dan Pendidikan Modul 1
Dukha
Yunitasari , Mengupas Hakikat Manusia sebagai Mahluk Pendidikan, Jurnal PPKN
dan Hukum,Vol 13 No.1 April 2018.
https://vhykumiko.wordpress.com/2014/11/17/metode-pendidikan-dan-kurikulum-pendidikan/
Ki Hajar Dewantara.Bagian Pertama Pendidikan.Yogyakarta : Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,hal:133
https://vhykumiko.wordpress.com/2014/11/17/metode-pendidikan-dan-kurikulum-pendidikan/
Ki Hajar Dewantara.Bagian Pertama Pendidikan.Yogyakarta : Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,hal:133
No comments:
Post a Comment