HAKIKAT MANUSIA
Ilmu yang mempelajari tentang studi asal usul manusia,perkembangan karakteristik jenis (spesies) manusia atau studi tentang manusia adalah Antropologi, bidang ini mencakup Antropologi biologis,,antropologis sosial, antropologi sosial budaya, antropologi akeologi dan linguistik,antropologi bilogis sering disebut juga antropologi fisik yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia sebagai organisme biologis (Beals,1977:1)
KARAKTERISTIK
Manusia adalah homo sapiens
1. puncak evolusi organik dari mahluk hidup
2. Kedudukanya dalam klasifikasi mahluk :
a. Dunia : Binatang
b. Phylum : chordata
c. Kelas : Mamalia
d. Ordo : Primata
e. Famili : Hominidae
f.Genus : Homo
g. Spesies : Sapiens
Ciri-Ciri Khas :
a. berjalan tegak
b. mempunyai otak besar dan komplek
c. Hewan yang tergeneralisasi, dapat hidup dalam berbagai lingkungan
d. Priode kehamilan yang panjang dan anak lahir tak berdayta.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara yang lainnya karena kita dikaruniai akal, pikiran dan perasaan oleh Tuhan. Maka akan selalu memilih yang terbaik diantara yang dapat diambil.
Hakikat manusia juga memiliki banyak arti, yaitu
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
Hakikat manusia terdiri atas aspek – aspek, sebagai berikut:
1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK TUHAN
Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self – awarness). Karena itu, manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinyadengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek) selain itu, manusia bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaanya dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian daripadanya.
Manusia berkedudukan sebagai makhluk tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sebdiri adanya fenomena kemakhlukan (M.I. Soelaeman, 1998). Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi, manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesedian manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Sebagaimana Anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinya sendiri. Kesadaran manusian akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia. Manusia sebagai individu atau pribadi merupakan kenyataan yang paling riil dalam kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek yang otonom.
Setiap manusia mempunya dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-masing secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri atau bebas bercita – cita untuk menjadi seseorang tertentudan masing – masing mampu menyatakan “inilah aku” ditengah segala yang ada. Setiap manusia mampu mengambil distansi, menempati posisi, berhadapan, menghadapi, memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan bebas mengambil tindakan atas tanggung jawabnya sendiri atau otonom. Karena itu, manusia adalah subjek dan tidak sebagai objek.
3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Manusia adalah makhluk individual, namun demikian ia tidak hidup sendirian, tak mungkin hidup sendirian, dan tidak pula hidup untuk dirinya sendiri. Manusia hidup dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup bersama dalam sesamanya (bernasyarakat) setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu. Disamping itu, setiap individu mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, mereka juga mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Selain dengan adanya kesadaran diri, terdapat pula kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat.
Setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka idiealnya situasi hubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan anatara subjek dengan objek, melainkan subjek dengan subjek.
4. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada diluar manusia, bahkan hakikatnya meluputi perbuatan manusia itu sendiri. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena dan bersama kebudayaannya (C.A. Vanpeursen,1957). Sejalan dengan ini Ernt Cassirer menegaskan bahwa “manusia tidak menjadi manusia karena sebuah factor didalam dirinya, misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaannya, kebudayaanya. Demikianlah kebudayaan termasuk hakikat manusia” (C.A. Vanpeursen, 1988).
Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika pada diri manusia mengimplikasiakn adanya perubahan dan pembaharuan kebudayaan. Hal ini tentu saja didukung pula oleh pengaruh kebudayaan masyarakat atau bangsa lain terhadap kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat adanya dampak positif dan negative dari kebudayaan terhadap manusia, masyarakat kadang-kadang terombang ambing diantara 2 relasi kecenderungan. Disatu pihak ada yang mau melestarikan bentuk lama (tradisi), sedang yang lain terdorong untuk menciptkan hal-hal yang baru (inovasi).
5. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SUSILA
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai potensi dan kemampuan untuk berpikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab, serta punya potensi untuk berbuat baik. Karna itulah, eksistensi manusia memiliki aspek kesusilaan.
Sebagai makhluk yan otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada suatu alternative tindakan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntunan pertanggung jawaban atas perbuatannya.
6. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERAGAMA
Aspek keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentan waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rintang geografis dimana manusia berada. Keberagaman menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama.
HAKIKAT PENDIDIKAN
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara(Achmad Munib, 2004: 142).
Hal di atas menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya yang terencana, yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik tentu berbeda–beda, yang nantinya adalah tugas seorang pendidik untuk mampu melihat dan mengasah potensi –potensi yang dimiliki peserta didiknya sehingga mampu berkembang menjadi manusia berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik, manusia–manusia yang lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sesuai dengan dasar negara, falsafah hidup bangsa, dan ideologi negara tersebut .
Di Indonesia dikenal istilah Pendidikan Nasional, adapun yang dimaksud dengan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai–nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sedangkan tujuan dari pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan sangat berguna dalam kehidupan manusia. Menurut Agus Taufiq, dkk (2011: 1.3) pendidikan setidak-tidaknya memiliki ciri sebagai berikut:
(1) Pendidikan merupakan proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat, dimana dia hidup,
(2) Pendidikan merupakan proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) untuk mencapai kompetensi sosial dan pertumbuhan individual secara optimum
(3) Pendidikan merupakan proses pengembangan pribadi atau watak manusia.
TUGAS DAN FUNGSI MANUSIA
REFERENSI
Mudyahardjo Redja, Pengantar Pendidikan Jakarta 2013 : 2014 , PT.Radja Grafindo Persada
http://pendidikandasar12.blogspot.com diposting Novcember 2012 oleh Nur Fidayatum
Bersumber pada:
Wahyudin,dkk.2007, Pengantar pendidikan
Jakarta:Pusat penerbitan Universitas Terbuka
https://diandametinambunan.wordpress.com/2016/12/31/tugas-dan-fungsi-manusia/ bersumber pada :
Muhmidayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.
TUGAS DAN FUNGSI MANUSIA
Sebagai makhluk yang termulia, manusia
diberi potensi untuk mengembangkan diri dan kemanusiaannya.
Potensi-potensi tersebut merupakan modal dasar bagi manusia dalam
menjalankan berbagai fungsi dan tanggung jawab kemanusiaannya. Oleh
karena itu, agar potensi-potensi ini menjadi aktual dalam kehidupan
perlu dikembangkan dan digiring pada penyempurnaan melalui upaya
pendidikan. Dalam konteks ini, diperlukan penciptaan arah bangun
pendidikan yang baik pulalah menjadikan manusia layak untuk mengemban
misi Ilahi.
Hasan Langgulung dalam hal ini
menyebutkan bahwa manusia sebagai murabbid mesti mengembangkan sifat
Tuhan yang diberikannya kepada manusia berupa potensi-potensi yang
bersumber dari Tuhan. Ibadah dalam konteks ini bukan dalam maknanya yang
sempit, karena setiap adanya upaya mengembangkan dan mendalami
sifat-sifat Tuhan seperti berkehendak, ilmu, kaya, kuat, mulia,
pengasih, penyayang adalah ibadah.
Sebagai murabbid, manusia dalam hal ini
dituntut untuk mampu merefleksikan sifat-sifat Tuhan ke dalam dirinya
dan menjadikan sifat-sifat itu aktual dalam berbagai tindakannya.
Pengupayaan menarik sifat-sifat Tuhan ini ke dalam dirinya merupakan
suatu keniscayaan dalam pembentukan humanitas manusia Muslim. Hal ini
mengingat sifat-sifat Tuhan dalam hal ini adalah potret dan lambang
kebaikan dan kebajikan yang mesti selalu ditiru dan diupayakan agar
ianya menjadi sikap diri menuju aktualisasi diri.
Kendatipun dalam hal ini manusia hanya
mampu mengejar dan mendekati yang sesungguhnya, namun pengupayaan ke
arah yang sebenarnya itu sendiri adalah juga moralitas. Oleh karena itu,
manusia dalam fungsinya sebagai mu’abbid tidak lain adalah senantiasi
mengorientasikan berbagai ucapan dan tindakan untuk mendekatkan diri
pada Tuhan sebagai Pemilik semua kebaikan dan kebaikan,
Kemanusiaan dalam konteks ini mesti
selalu diorientasikan pada keyakinan yang dalam (rasa iman) dan
aktualisasinya dalam tindakan amal saleh. Ibadah yang sesungguhnya
adalah keterjalinan yang erat antara iman sebagai kesadaran diri manusia
atas eksistensi dirinya dan Tuhannya dengan dekat perbuatan sebagai
aktualisasi dirinya sebagai subjek yang selalu ingin dengan Tuhannya.
Adalah suatu yang aneh jika manusia
sebagai khalifah Tuhan di bumi tidak mengenal Tuhan sebagai “Person”
yang diwakilinya. Oleh karena itu, manusia tidak cukup jika hanya
mengetahui pengertian tentang siapa Tuhannya sebagai “Person” yang
diimaninya, tetapi mesti pula mengetahui bagaimana semestinya ia
bersikap kepada-Nya serta hal-hal lain yang terkait dengan-Nya. Manusia
dalam konteks ini mesti menyadari sepenuhnya tentang hubungan yang erat
antara dirinya, Tuhan, dan alam sebagai unsur-unsur penting dalam
kekhalifahannya.
Sedangkan sebagai immarah fi al-ardh lebih
berkonotasi pada pengembang ilmu pengetahuan yang berguna bagi
kehidupan manusia, tidak saja di dunia, tetapi juga untuk akhirat. Dalam
konteks yang terakhir ini, manusia diperintahkan untuk senantiasa
menelaah dan menguak rahasia ciptaan Tuhan dan mengambil hikmah dari
padanya, sehingga dengan demikian, berbagai kebutuhan kehidupannya pun
dapat terisi dengan baik dan sempurna.
REFERENSI
Mudyahardjo Redja, Pengantar Pendidikan Jakarta 2013 : 2014 , PT.Radja Grafindo Persada
http://pendidikandasar12.blogspot.com diposting Novcember 2012 oleh Nur Fidayatum
Bersumber pada:
Wahyudin,dkk.2007, Pengantar pendidikan
Jakarta:Pusat penerbitan Universitas Terbuka
https://diandametinambunan.wordpress.com/2016/12/31/tugas-dan-fungsi-manusia/ bersumber pada :
Muhmidayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.
No comments:
Post a Comment