Esensialisme
Menurut Esensialisme pendidikan itu terbentuk dari nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya dan sosial, nilai-nilai ini terbentuk secara bertahap dan berangsur-angsur melalui kerja keras dan susah paya selama beratus tahun dan didalamnya terdapat gagasan-gasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu..
Karakteristik
Ciri-ciri fisafat pendidikan Esensial menurut william c.Bagley adalah
1. Minat yang kuat sering timbul dari upaya-upaya belajar yang menarik perhatian anak bukan dari dorongan dalam diri anak
2. Pengawasan, pengarahan dan bimbingan orang lain melekat pada masa balita
3. Kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan jadi menegakan disiplin menjadi cara yang diperlukan dalam mencapai tujuan.
4. Esensialisme menwarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pendidikan
Dasar filosofi
Esensialisme merupakan gerakan pendidikan yang bertumpu pada idealisme dan realisme , meskipun kedua ini memiliki perbedaan pandangan filsafatnya, namun mereka sepaham tentang :
a. Hakikat manusia yang mereka anut memberikan makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan kebebasanya dan ia memerlukan disiplin orang dewasa unutuk membantu dirinya sebelum dia sendiri dapat mendisiplikan dirinya sendiri.
b. Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makn pendidikan bahwa generasi muda perlu belajar untuk mengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosialnya.
Tujuan Pendidikan
Menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui ini pengetahuan yang telah terhimpun yang telah bertahan sepanjang waktu dan demikian adalah berharga untuk diketahui semua orang
Metode pendidikan
1. Berpusat pada guru
2. Umumnya diyakini bahwa anak/siswa idak benar-benar mengetahui apa yang diinginkan dan mereka harus dipaksa belajar
3. Latihan mental, melalui diskusi dan pemberian tugas dan penguasaan pengetahuan melalui penyampaian informasi dan membaca
Kurikulum
1. Berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata pelajaran poko atau utama
2. Ditekankan pada calistung
3. Penguasaan fakta dan konsep-konsep poko dan disiplin yang intinya adalah wajib.
Pelajar
Anak adalah mahluk rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan poko yang siap seiaga melakukan latihan-latihan intelektif atau berfikir.
Pengajar
1. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan dikelas
2. Guru berperan sebagai sebuah contoh dalam pelaksanaan pendidikan
Progresivisme
Gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak. Sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru. Atau bahan pelajaran
Dasar Filosofi
a. Realisme Spiritualistik
Yang bersumber kepada prinsip-prinsip spritual dan kreatif froebl dan montessori serta ilmu tentang perkembangan anak
b. Humanisme Baru
Pada penghargaan terhadap mertabat dan harkat manusia sebagai individual dengan berorientasi individualistik.
Tujuan pendidikan
Melatih anak agar kelak dapat bekerja, secara sistematis,mencintai pekerjaanya dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk emncapaiknay pendidik harus menegmbangkan segenap minat dan bakat setiap anak.
Kurikulum
1. Kurikulum yang berisikan pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan ;belajar yang dimintai oleh setiap anak .
2. Lester dix berisikan kurikulum:
a. Studi tentang diri sendiri
b. Studio tentang lingkungan sosial
c. Studi tentang lingkungan alam
d. Studi tentang seni.
Metode Pendidikan
1. Metode belajar aktif
2. Metode memonitor kegiatan belajar
3. Metode penelitian ilmiah
4. Pemerintahan pelajar
5. Kerjasama sekolah dengan orang tua
6. Sekolah sebagai laboraturium pembaharuan pendidikan.
Pelajar
1. Pendidikan berpusat pada anak
2. Anak adalah uni
Pengajar
1. Guru sebagai :
a. Fasilitator
b. Motivator
c. Konselor
2. Guru perlu memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa dan teknik-teknik mempimpin perkembangan anak serta kecintaan terhadap anak agar terlaksana perqan guru dengan baik .
Menurut Esensialisme pendidikan itu terbentuk dari nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya dan sosial, nilai-nilai ini terbentuk secara bertahap dan berangsur-angsur melalui kerja keras dan susah paya selama beratus tahun dan didalamnya terdapat gagasan-gasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu..
Karakteristik
Ciri-ciri fisafat pendidikan Esensial menurut william c.Bagley adalah
1. Minat yang kuat sering timbul dari upaya-upaya belajar yang menarik perhatian anak bukan dari dorongan dalam diri anak
2. Pengawasan, pengarahan dan bimbingan orang lain melekat pada masa balita
3. Kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan jadi menegakan disiplin menjadi cara yang diperlukan dalam mencapai tujuan.
4. Esensialisme menwarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pendidikan
Dasar filosofi
Esensialisme merupakan gerakan pendidikan yang bertumpu pada idealisme dan realisme , meskipun kedua ini memiliki perbedaan pandangan filsafatnya, namun mereka sepaham tentang :
a. Hakikat manusia yang mereka anut memberikan makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan kebebasanya dan ia memerlukan disiplin orang dewasa unutuk membantu dirinya sebelum dia sendiri dapat mendisiplikan dirinya sendiri.
b. Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makn pendidikan bahwa generasi muda perlu belajar untuk mengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosialnya.
Tujuan Pendidikan
Menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui ini pengetahuan yang telah terhimpun yang telah bertahan sepanjang waktu dan demikian adalah berharga untuk diketahui semua orang
Metode pendidikan
1. Berpusat pada guru
2. Umumnya diyakini bahwa anak/siswa idak benar-benar mengetahui apa yang diinginkan dan mereka harus dipaksa belajar
3. Latihan mental, melalui diskusi dan pemberian tugas dan penguasaan pengetahuan melalui penyampaian informasi dan membaca
Kurikulum
1. Berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata pelajaran poko atau utama
2. Ditekankan pada calistung
3. Penguasaan fakta dan konsep-konsep poko dan disiplin yang intinya adalah wajib.
Pelajar
Anak adalah mahluk rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan poko yang siap seiaga melakukan latihan-latihan intelektif atau berfikir.
Pengajar
1. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan dikelas
2. Guru berperan sebagai sebuah contoh dalam pelaksanaan pendidikan
Progresivisme
Gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak. Sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru. Atau bahan pelajaran
Dasar Filosofi
a. Realisme Spiritualistik
Yang bersumber kepada prinsip-prinsip spritual dan kreatif froebl dan montessori serta ilmu tentang perkembangan anak
b. Humanisme Baru
Pada penghargaan terhadap mertabat dan harkat manusia sebagai individual dengan berorientasi individualistik.
Tujuan pendidikan
Melatih anak agar kelak dapat bekerja, secara sistematis,mencintai pekerjaanya dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk emncapaiknay pendidik harus menegmbangkan segenap minat dan bakat setiap anak.
Kurikulum
1. Kurikulum yang berisikan pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan ;belajar yang dimintai oleh setiap anak .
2. Lester dix berisikan kurikulum:
a. Studi tentang diri sendiri
b. Studio tentang lingkungan sosial
c. Studi tentang lingkungan alam
d. Studi tentang seni.
Metode Pendidikan
1. Metode belajar aktif
2. Metode memonitor kegiatan belajar
3. Metode penelitian ilmiah
4. Pemerintahan pelajar
5. Kerjasama sekolah dengan orang tua
6. Sekolah sebagai laboraturium pembaharuan pendidikan.
Pelajar
1. Pendidikan berpusat pada anak
2. Anak adalah uni
Pengajar
1. Guru sebagai :
a. Fasilitator
b. Motivator
c. Konselor
2. Guru perlu memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa dan teknik-teknik mempimpin perkembangan anak serta kecintaan terhadap anak agar terlaksana perqan guru dengan baik .
Nativisme
Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini muncul dari filsafat nativisma (terlahir) dari kata sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Pelopor aliran Nativisme adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. Faktor lingkungan sendiri dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Pada hakekatnya aliran Nativisme bersumber dari Leibnitzian Tradition, sebuah tradisi yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Hasil perkambangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua.
Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia.Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya.
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu :
1. Faktor genetik
Orang tua sangat berperan penting dalam faktor tersebut dengan bertemunya atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan mewariskan keturunan yang akan memiliki bakat seperti orang tuanya. Banyak contoh yang kita jumpai seperti orang tunya seorang artis dan anaknya juga memiliki bakat seperti orang tuanya sebagai artis.
Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia.Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya.
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu :
1. Faktor genetik
Orang tua sangat berperan penting dalam faktor tersebut dengan bertemunya atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan mewariskan keturunan yang akan memiliki bakat seperti orang tuanya. Banyak contoh yang kita jumpai seperti orang tunya seorang artis dan anaknya juga memiliki bakat seperti orang tuanya sebagai artis.
2. Faktor kemampuan anak
Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk menemukan bakat yang dimilikinya, dengan menemukannya itu anak dapat mengembangkan bakatnya tersebut serta lebih menggali kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit untuk mengembangkan bakatnya dan bahkan sulit untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang dimilikinya.
Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk menemukan bakat yang dimilikinya, dengan menemukannya itu anak dapat mengembangkan bakatnya tersebut serta lebih menggali kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit untuk mengembangkan bakatnya dan bahkan sulit untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang dimilikinya.
3. Faktor pertumbuhan anak
Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor kemampuan anak, bedanya yaitu disetiap pertumbuhan dan perkembangannya anak selalu didorong untuk mengetahui bakat dan minatnya. Dengan begitu anak akan bersikap responsiv atau bersikap positif terhadap kemampuannya.
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Dapat memunculkan bakat yang dimiliki.
Dengan faktor yang kedua tadi, diharapkan setelah menemukan bakat yang dimiliki, dapat dikembangkan dan akan menjadikan suatu kemajuan yang besar baginya.
2. Menjadikan diri yang berkompetensi.
Hal ini berkaitan dengan faktor ketiga, dengan begitu dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan bakatnya sehingga mempunyai potensi dan bisa berkompetensi dengan orang lain.
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan.
Berkaitan dengan faktor ketiga juga, diharpkan manusia bersikap bijaksana terhadap apa yang akan dipilih serta mempunyai suatu komitmen dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilihnya.
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang.
Artinya dalam mengembangkan bakat atau potensi yang dimiliki, diharapkan terus selalu dikembangkan dengan istilah lain terus berperan aktif dalam mengembangkannya, jangan sampai potensi yang dimiliki tidak dikembangkan secara aktif.
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki.
Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor kemampuan anak, bedanya yaitu disetiap pertumbuhan dan perkembangannya anak selalu didorong untuk mengetahui bakat dan minatnya. Dengan begitu anak akan bersikap responsiv atau bersikap positif terhadap kemampuannya.
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Dapat memunculkan bakat yang dimiliki.
Dengan faktor yang kedua tadi, diharapkan setelah menemukan bakat yang dimiliki, dapat dikembangkan dan akan menjadikan suatu kemajuan yang besar baginya.
2. Menjadikan diri yang berkompetensi.
Hal ini berkaitan dengan faktor ketiga, dengan begitu dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan bakatnya sehingga mempunyai potensi dan bisa berkompetensi dengan orang lain.
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan.
Berkaitan dengan faktor ketiga juga, diharpkan manusia bersikap bijaksana terhadap apa yang akan dipilih serta mempunyai suatu komitmen dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilihnya.
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang.
Artinya dalam mengembangkan bakat atau potensi yang dimiliki, diharapkan terus selalu dikembangkan dengan istilah lain terus berperan aktif dalam mengembangkannya, jangan sampai potensi yang dimiliki tidak dikembangkan secara aktif.
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki.
Aliran nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh dikalangan
beberapa orang ahli, tetapi tidak semudah dulu lagi. Diantara ahli yang
dipandang sebagai nativis ialah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang
ahli linguistic yang sangat terkenal hingga saat ini. Chomsky menganggap
bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat
dijelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih
penting) oleh adanya “biological predisposition” (kecenderungan
biologis)yang dibawa sejak lahir.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir itulah yang menentukan perkembangannya dalam kehidupan. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis
Eksistensialisme
Istilah Eksistensialisme berasal dari kata latin “ eksistere” yakni “ex” yang berarti “keluar” dan “sitere” yang berarti membuat, berdiri. Sehingga eksistensi berarti ”apa yang ada”, “apa saja yang dialami”, “apa yang memiliki kualitas”. Secara singkatnya, eksistensi menekankan akan keberadaan
Eksistensialisme pada dasarnya menekankan pada manusia yang konkrit atau seutuhnya. Manusia sebagai makhluk yang bereksistensi, sadar akan keberadaan dirinya.
Jean Paul Sartre (1905-1980) lahir tanggal 21 Juni 1905 di Paris dari seorang keluarga cendekiawan. Namun, sewaktu masih kecil, Sartre ditinggal mati oleh Ayahnya. Hingga ia dibesarkan oleh ibu dan kakeknya. Hasil didikan dari kakeknya lah yang paling mempengaruhi pemikiran Sartre kedepannya. Sartre benar-benar dipaksa untuk belajar ilmu pengetahuan serta mengembangkan bakatnya semaksimal mungkin
Dengan kebebasan memilih bagi dirinya sendiri, benda-benda maupun nilai untuk dirinya sendiri, maka manusia membentuk hakikatnya sendiri, menciptakan dirinya sendiri. Manusia menjadi tolok ukur.
Dalam menciptakan dirinya dengan pilihan moralitasnya, ukuran apa yang dipakai? Karena tuhan tidak ada, maka tidak ada hukum mengenai moralitas yang objektif. Setiap orang sepenuhnya milik dirinya sendiri, maka ia harus memutuskan untuk dirinya sendiri dan harus memilih sendiri pula. Setiap orang adalah juri moralitas tertinggi.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir itulah yang menentukan perkembangannya dalam kehidupan. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis
Eksistensialisme
Istilah Eksistensialisme berasal dari kata latin “ eksistere” yakni “ex” yang berarti “keluar” dan “sitere” yang berarti membuat, berdiri. Sehingga eksistensi berarti ”apa yang ada”, “apa saja yang dialami”, “apa yang memiliki kualitas”. Secara singkatnya, eksistensi menekankan akan keberadaan
Eksistensialisme pada dasarnya menekankan pada manusia yang konkrit atau seutuhnya. Manusia sebagai makhluk yang bereksistensi, sadar akan keberadaan dirinya.
Jean Paul Sartre (1905-1980) lahir tanggal 21 Juni 1905 di Paris dari seorang keluarga cendekiawan. Namun, sewaktu masih kecil, Sartre ditinggal mati oleh Ayahnya. Hingga ia dibesarkan oleh ibu dan kakeknya. Hasil didikan dari kakeknya lah yang paling mempengaruhi pemikiran Sartre kedepannya. Sartre benar-benar dipaksa untuk belajar ilmu pengetahuan serta mengembangkan bakatnya semaksimal mungkin
Dengan kebebasan memilih bagi dirinya sendiri, benda-benda maupun nilai untuk dirinya sendiri, maka manusia membentuk hakikatnya sendiri, menciptakan dirinya sendiri. Manusia menjadi tolok ukur.
Dalam menciptakan dirinya dengan pilihan moralitasnya, ukuran apa yang dipakai? Karena tuhan tidak ada, maka tidak ada hukum mengenai moralitas yang objektif. Setiap orang sepenuhnya milik dirinya sendiri, maka ia harus memutuskan untuk dirinya sendiri dan harus memilih sendiri pula. Setiap orang adalah juri moralitas tertinggi.
Dalam memilih untuk dirinya sendiri, setiap manusia mengalami suatu perasaan bebas yang memuakkan karena tidak ukuran yang diikuti. Ada rasa takut akan keputusasaan, banyak kemungkinan yang tidak bisa dikontrolnya, padahal ia harus membuat keputusan. Itulah keabsurdan hidup. Sartre mengingatkan untuk bertindak tanpa berharap.
Referensi
1. Mudyaharjo Redja, , Pengantar Pendidikan, sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia , Jakarta : 2013, PT Raja Grafindo Persada.
2. jurnal.unma.ac.id/index.php/CP/article/download/319/299 , Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 oleh H.A.Yunus
3. digilib.uinsby.ac.id/6389/6/Bab%203.pdf,
Referensi
1. Mudyaharjo Redja, , Pengantar Pendidikan, sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia , Jakarta : 2013, PT Raja Grafindo Persada.
2. jurnal.unma.ac.id/index.php/CP/article/download/319/299 , Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 oleh H.A.Yunus
3. digilib.uinsby.ac.id/6389/6/Bab%203.pdf,
Dari materi di atas di jelaskan bahwa "Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan". Bagaimana pendapat saudara mengenai penjelasan tersebut? coba jelaskan dan beri alasannya
ReplyDeleteYup dari pandangan nativisme bahwa hal2 yg berkaitan dengan genetika itu akan diturunkan kepda generasi berikutnya seperti kecerdasan dan bakat akan diturunkan kepada anak dari orang tua yg cerdas dan memiliki bakat2 tertentu jadi nativisme ini lebih menitik bwratkan pada faaktor keturunan yang tidak dapat diubh oleh suatu keadaan
DeleteApakah sifat bawaan yang di maksud dari pandangan nativisme hanya kecerdasan dan bakat???
DeleteBagaimana menurut saudara, dari penjelasan tentang dasar filosofi esensialisme diatas..apakah sudah sejalan dengan yang dilakukan pendidik maupun orang tua d rumah sesuai dengan yang dijelaskan tentang esensialisme.
ReplyDeleteTerimakasih atas pertanyaanya,esensialisme ini justru banyak dijumpai dalam masyarakat, seperti kita ketahui esensialisme ini salah satunya lebih kepada bagaimana mendisiplinkan anak melalui kehendak dari orang tua dan guru dengan tuntutan yg diinginkan oleh orang tua dan guru bukan kemauan yang timbul dari dalam diri anak
Delete