Thursday, March 28, 2019

FILOSOFI PENDIDIKAN PAUD (PGPAUD STKIP ADZKIA)





Esensialisme

Menurut Esensialisme pendidikan itu terbentuk dari nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya dan sosial, nilai-nilai ini terbentuk secara bertahap dan berangsur-angsur melalui kerja keras dan susah paya selama beratus tahun dan didalamnya terdapat gagasan-gasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu..

Karakteristik
Ciri-ciri fisafat pendidikan Esensial menurut william c.Bagley adalah
1. Minat yang kuat sering timbul dari upaya-upaya belajar yang menarik perhatian anak bukan dari dorongan dalam diri anak
2. Pengawasan, pengarahan dan bimbingan orang lain melekat pada masa balita
3. Kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan jadi menegakan disiplin menjadi cara yang diperlukan dalam mencapai tujuan.
4. Esensialisme menwarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pendidikan

Dasar filosofi

Esensialisme merupakan gerakan pendidikan yang bertumpu pada idealisme dan realisme , meskipun kedua ini memiliki perbedaan pandangan filsafatnya, namun mereka sepaham tentang :
a. Hakikat manusia yang mereka anut memberikan makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan kebebasanya dan ia memerlukan disiplin orang dewasa unutuk membantu dirinya sebelum dia sendiri dapat mendisiplikan dirinya sendiri.
b. Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makn pendidikan bahwa generasi muda perlu belajar untuk mengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosialnya.

Tujuan Pendidikan
Menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui ini pengetahuan yang telah terhimpun yang telah bertahan sepanjang waktu dan demikian adalah berharga untuk diketahui semua orang

Metode pendidikan
1. Berpusat pada guru
2. Umumnya diyakini bahwa anak/siswa idak benar-benar mengetahui apa yang diinginkan dan mereka harus dipaksa belajar
3. Latihan mental, melalui diskusi dan pemberian tugas dan penguasaan pengetahuan melalui penyampaian informasi dan membaca

Kurikulum
1. Berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata pelajaran poko atau utama
2. Ditekankan pada calistung
3. Penguasaan fakta dan konsep-konsep poko dan disiplin yang intinya adalah wajib.

Pelajar
Anak adalah mahluk rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan poko yang siap seiaga melakukan latihan-latihan intelektif atau berfikir.

Pengajar
1. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan dikelas
2. Guru berperan sebagai sebuah contoh dalam pelaksanaan pendidikan

Progresivisme

Gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak. Sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru. Atau bahan pelajaran

Dasar Filosofi
a. Realisme Spiritualistik
Yang bersumber kepada prinsip-prinsip spritual dan kreatif froebl dan montessori serta ilmu tentang perkembangan anak
b. Humanisme Baru
Pada penghargaan terhadap mertabat dan harkat manusia sebagai individual dengan berorientasi individualistik.

Tujuan pendidikan
Melatih anak agar kelak dapat bekerja, secara sistematis,mencintai pekerjaanya dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk emncapaiknay pendidik harus menegmbangkan segenap minat dan bakat setiap anak.

Kurikulum
1. Kurikulum yang berisikan pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan ;belajar yang dimintai oleh setiap anak .
2. Lester dix berisikan kurikulum:
a. Studi tentang diri sendiri
b. Studio tentang lingkungan sosial
c. Studi tentang lingkungan alam
d. Studi tentang seni.

Metode Pendidikan

1. Metode belajar aktif
2. Metode memonitor kegiatan belajar
3. Metode penelitian ilmiah
4. Pemerintahan pelajar
5. Kerjasama sekolah dengan orang tua
6. Sekolah sebagai laboraturium pembaharuan pendidikan.

Pelajar
1. Pendidikan berpusat pada anak
2. Anak adalah uni

Pengajar
1. Guru sebagai :
a. Fasilitator
b. Motivator
c. Konselor
2. Guru perlu memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa dan teknik-teknik mempimpin perkembangan anak serta kecintaan terhadap anak agar terlaksana perqan guru dengan baik . 

Nativisme
Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini muncul dari filsafat nativisma (terlahir) dari kata sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Pelopor aliran Nativisme adalah Arthur Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. Faktor lingkungan sendiri dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Pada hakekatnya aliran Nativisme bersumber dari Leibnitzian Tradition, sebuah tradisi yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Hasil perkambangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua.

Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia.Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya.

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu :

1. Faktor genetik
Orang tua sangat berperan penting dalam faktor tersebut dengan bertemunya atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan mewariskan keturunan yang akan memiliki bakat seperti orang tuanya. Banyak contoh yang kita jumpai seperti orang tunya seorang artis dan anaknya juga memiliki bakat seperti orang tuanya sebagai artis.
2. Faktor kemampuan anak
Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk menemukan bakat yang dimilikinya, dengan menemukannya itu anak dapat mengembangkan bakatnya tersebut serta lebih menggali kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit untuk mengembangkan bakatnya dan bahkan sulit untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang dimilikinya.
3. Faktor pertumbuhan anak
Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor kemampuan anak, bedanya yaitu disetiap pertumbuhan dan perkembangannya anak selalu didorong untuk mengetahui bakat dan minatnya. Dengan begitu anak akan bersikap responsiv atau bersikap positif terhadap kemampuannya.

Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Dapat memunculkan bakat yang dimiliki.
Dengan faktor yang kedua tadi, diharapkan setelah menemukan bakat yang dimiliki, dapat dikembangkan dan akan menjadikan suatu kemajuan yang besar baginya.

2. Menjadikan diri yang berkompetensi.
Hal ini berkaitan dengan faktor ketiga, dengan begitu dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan bakatnya sehingga mempunyai potensi dan bisa berkompetensi dengan orang lain.

3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan.
Berkaitan dengan faktor ketiga juga, diharpkan manusia bersikap bijaksana terhadap apa yang akan dipilih serta mempunyai suatu komitmen dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilihnya.

4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang.
Artinya dalam mengembangkan bakat atau potensi yang dimiliki, diharapkan terus selalu dikembangkan dengan istilah lain terus berperan aktif dalam mengembangkannya, jangan sampai potensi yang dimiliki tidak dikembangkan secara aktif.

5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki.
Aliran nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh dikalangan beberapa orang ahli, tetapi tidak semudah dulu lagi. Diantara ahli yang dipandang sebagai nativis ialah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang ahli linguistic yang sangat terkenal hingga saat ini. Chomsky menganggap bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya “biological predisposition” (kecenderungan biologis)yang dibawa sejak lahir.

Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir itulah yang menentukan perkembangannya dalam kehidupan. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis

Eksistensialisme 

Istilah Eksistensialisme berasal dari kata latin “ eksistere” yakni “ex” yang berarti “keluar” dan “sitere” yang berarti membuat, berdiri. Sehingga eksistensi berarti ”apa yang ada”, “apa saja yang dialami”, “apa yang memiliki kualitas”. Secara singkatnya, eksistensi menekankan akan keberadaan
 Eksistensialisme pada dasarnya menekankan pada manusia yang konkrit atau seutuhnya. Manusia sebagai makhluk yang bereksistensi, sadar akan keberadaan dirinya.

Jean Paul Sartre (1905-1980) lahir tanggal 21 Juni 1905 di Paris dari seorang keluarga cendekiawan. Namun, sewaktu masih kecil, Sartre ditinggal mati oleh Ayahnya. Hingga ia dibesarkan oleh ibu dan kakeknya. Hasil didikan dari kakeknya lah yang paling mempengaruhi pemikiran Sartre kedepannya. Sartre benar-benar dipaksa untuk belajar ilmu pengetahuan serta mengembangkan bakatnya semaksimal mungkin

Dengan kebebasan memilih bagi dirinya sendiri, benda-benda maupun nilai untuk dirinya sendiri, maka manusia membentuk hakikatnya sendiri, menciptakan dirinya sendiri. Manusia menjadi tolok ukur.

Dalam menciptakan dirinya dengan pilihan moralitasnya, ukuran apa yang dipakai? Karena tuhan tidak ada, maka tidak ada hukum mengenai moralitas yang objektif. Setiap orang sepenuhnya milik dirinya sendiri, maka ia harus memutuskan untuk dirinya sendiri dan harus memilih sendiri pula. Setiap orang adalah juri moralitas tertinggi.
 
Dalam memilih untuk dirinya sendiri, setiap manusia mengalami suatu perasaan bebas yang memuakkan karena tidak ukuran yang diikuti. Ada rasa takut akan keputusasaan, banyak kemungkinan yang tidak bisa dikontrolnya, padahal ia harus membuat keputusan. Itulah keabsurdan hidup. Sartre mengingatkan untuk bertindak tanpa berharap.

Referensi 

1. Mudyaharjo Redja, , Pengantar Pendidikan, sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia , Jakarta : 2013, PT Raja Grafindo Persada.

2. jurnal.unma.ac.id/index.php/CP/article/download/319/299 , Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO.  1 Januari 2016 oleh H.A.Yunus

3. digilib.uinsby.ac.id/6389/6/Bab%203.pdf, 

Monday, March 25, 2019

FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI DASAR UNTUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN YANG HUMANIS (PGPAUD STKIP ADZKIA)




1. DEFINISI LOGIKA 

Definisi Logika - Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos, berarti mengenal kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakann bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutrakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Logika Tradisional dan Logika Modern Logika modern atau logika simbolik, Karena menggunakan tanda-tanda atau symbol-simbol matematik, hanya sanggup membahas hubungan antara tanda-tanda itu, padahal realitas tak mungkin dapat ditangkap sepenuhnya dan setepat-tepatnya oleh symbol-simbol matematik.
Logika tradisoinal membahas dan mempersoalkan definisi, konsep, dan term menurut struktur, susunan dan nuansanya, serta seluk-beluk penalaran untuk memperoleh kebenaran yang lebih susuai dengan realitas.
Kegunaan Logika Ada empat kegunaan logika :
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat,  tertib, metodis, dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasa dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Meningkatkan cinta akan keberanian dan menghindari kekeliruan kesesatan.

.W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011.

https://www.academia.edu/7229989/Definisi_Logika / nama user Ariadna Ginting

2. URGENSI BERFIKIR LOGIS

Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Secara etymologis logika berasal dari kata logos yang mempunyai dua arti 1) pemikiran 2) kata-kata.

Jadi logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu diekspresikan dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata sebagai ekspresi dari pemikiran”. Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak.

Logika yaitu menyelidiki aturan-aturan yang harus diperhatikan supaya cara berpikir kita sehat.Sehingga logika adalah studi tentang prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan argumentyang masuk akal dan argument yang tidak masuk akal. Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid, dan dapat dipertanggung-jawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir. Logis dalam bahasa sehari-hari kita sebut masuk akal.

Contoh real-nya ketika seorang siswa atau peneliti melakukan metode ilmiah, maka pelaku ilmiah ini harus melakukan kegiatan ilmiah ini dengan berpikir secara logis, mulai dari saat pelaku ilmiah melakukan observasi/ pengamatan, merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melaksanakan penelitian, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, hingga menarik kesimpulan. Seluruh proses kerja ilmiah tersebut harus dikerjakan berdasarkan prinsip yang logis, rasional, dan masuk akal agar dapat dipertanggungjawabkan.

Cara berpikir logis yang biasa dikembangkan, dapat dibagi menjadi dua, yaitu berpikir secara deduktif dan berpikir secara induktif. Logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus. Sederhananya kata umum-khusus.
Adapun logika induktif kebalikan dari logika deduktif. Jenis logika ini harus mengikuti penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada bukti maka kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Dengan demikian, dia tidak akan mempercayai suatu kesimpulan yang tidak berdasarkan pengalaman atau kenyataan lewat tangkapan panca indranya.

Maka dari itu sangat penting jika kita belajar berpikir logis. Hal itu dapat membantu seseorang untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Dengan berpikir lurus, tepat dan teratur seseorang akan memperoleh kebenaran dan terhindar kesesatan. Semua bidang kehidupan manusiamembutuhkan keteraturan dalam tindakan-tindakannya yang berdasar atas kemampuan berpikirnya. Logika mengarahkan dan mendorong sesorang untuk berpikir sendiri, serta manusia pada umumnya berdasarkan tindakan-tindakannya atas pemikiran dan pertimbanganyang objektif.

https://adhychezz.wordpress.com/pemikiran/apa-itu-berpikir-logis-kritis-dan-kreatif 13


3. MEKANISME BERFIKIR LOGIS

4. LOGICAL FALLACY

Logical fallacy adalah merupakan cara berpikir yang salah atau sesat. berfikir yang salah ini akan menimbulkan salah persepsi atau salah merespon , sehingga apabila menggunakan logical fallacy maka akan mendapatkan respon atau feadback yang beragam sehingga makna tidak sesuai yang diharapkan.

contohnya. ketika seorang guru menjelaskan tentang tema gejala alam namun tanpa menggunakan model pembelajaran/ atau media yang dimaksud sehingga anak mengolah/ berfikir secara sendiri diri dengan imajinasinya masing-masing sehingga maksud yang disampaikan atau tujuan dari pembelajaran itu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya .
ada beberapa bentuk kesesatan berpikir yang sering kita temukan, nih. Beberapa di antaranya adalah:

1. The appeal to the populace (R1)

Tipe ini merupakan kesesatan berpikir yang muncul dari kesimpulan yang mengacu pada pandangan populer atau standar yang diciptakan masyarakat. Misalnya saja, perempuan yang bisa menjadi calon istri yang ideal adalah yang pintar memasak dan punya waktu untuk mengurus anak, makanya jika ada perempuan yang gak bisa masak dan gak punya waktu untuk mengurus anak, akan dianggap bukan calon istri yang ideal oleh pelaku logical fallacy.

2. The appeal to the emotion (R2)

Untuk tipe ini adalah kesesatan berpikir yang menyelipkan perasaan atau emosi ke dalam argumen, biasanya terkait dengan hati nurani atau perasaan iba. Contohnya, ada wakil rakyat dari partai yang mengusung keagamaan, yang menjadi tersangka koruptor. Beberapa orang berharap agar dia dihukum seberat-beratnya, tapi pelaku logical fallacy akan berpendapat bahwa bagaimanapun dia adalah seorang ahli agama yang tahu dosa dan baik hati pula, jadi gak mungkin dia korupsi.

3. The red herring (R3)

Kesesatan berpikir ini biasanya mengalihkan pembicaraan dari satu isu ke isu yang lain dengan tujuan mengecoh fokus orang yang memberikan opini. Misalnya, ada temanmu yang mengatakan bahwa menurut artikel yang dia baca, merokok itu dapat merusak kesehatan. Lalu, temanmu yang merokok menimpali bahwa selama dirinya merokok, dia gak pernah mengalami gejala yang membuat dirinya merasa sakit, sehingga pernyataan bahwa merokok merusak kesehatan adalah hal yang belum tentu benar. Temanmu yang merokok ini telah melakukan logical fallacy.

Sebisa mungkin hindarilogical fallacy pada saat berargumen. Jika kamu ingin menunjukan intelektualitasmu, buatlah argumen dengan dasar ilmu pengetahuan yang mumpuni dan tidak bercelah.

4. The straw man (R4)
 Tipe the straw man adalah kesesatan berpikir yang menempatkan komentator yang lain dengan posisi terancam dan membuat interpretasinya salah sehingga mudah diserang. Contohnya, ketika ayahmu menyuruhmu istirahat setelah sekian jam kamu bolak-balik menghadap layar smartphone, tapi kamu malah marah dan menganggapnya gak ingin anaknya menjadi pintar dan update akan isu terkini. Secara gak sadar, kamu telah melakukan logical fallacy terhadap ayahmu, girls!

5. Argument against the person/ad hominem (R5)

Inilah kesesatan berpikir yang argumentasinya menjatuhkan citra pihak tertentu yang gak didasari dengan fakta yang jelas. Contohnya, ada seorang perempuan yang menyatakan bahwa pelecehan seksual sering terjadi dimana-mana bahkan dalam lingkungannya, lalu pelaku logical fallacy berpendapat bahwa terang saja ia mengalami pelecehan seksual karena pakaiannya yang selalu terbuka. Padahal, belum tentu perempuan itu sering berpakaian terbuka.

6. The appeal to force/ad baculum (R6)

Tipe ini merupakan kesesatan berpikir yang didasari kepentingan tertentu dengan paksaan yang disamarkan dalam argumennya. Misalnya saja, ketika ada pemilihan ketua BEM di kampusmu, seorang pelaku logical fallacy berkata bahwa semua mahasiswa sebaiknya memilih si A, sebab A adalah mahasiswa yang disenangi banyak dosen dan mampu membuat program-progam yang keren. Padahal, alasan itu bukanlah alasan yang sebenarnya, sebab program-progam keren yang dibuatnya belum tentu bisa dieksekusi dan bermanfaat.

7. Missing the point (R7)


Tipe ini terlihat dari argumennya yang gak terbentuk secara kuat, sehingga ketika ada serangan dari argumen lain, argumennya menjadi lemah dan mau gau mau menyetujui argumen lawannya. Contohnya, ketika kamu marah saat tahu pacarmu pergi dengan perempuan lain pada malam hari. Lalu, pacarmu memberikan alasan bahwa ia hanya mengantar teman perempuannya pulang ke rumah, kemudian dia  memberikan pengandaian kalau seandainya saja kamu yang berada dalam posisi teman perempuannya itu, apa yang semestinya dilakukan oleh teman laki-lakimu. Kamu pun akhirnya kehabisan kata-kata deh untuk menyerangnya balik, dan malah mengiyakan. Nah, itu tandanya kamu adalah pelaku logical fallacy yang argumennya mudah dilemahkan.

https://today.line.me/id/pc/article/Apa+Sih+yang+Dimaksud+Logical+Fallacy+Pahami+Dulu+7+Contohnya+yang+Tanpa+Sadar+Sering+Ada+di+Kehidupan+Sehari+Hari-0PEk52

Thursday, March 21, 2019

KOMPONEN KURIKULUM DAN PENGEMBANGAN (PGPAUD STKIP ADZKIA)

Sistem kurikulum terbentuk oleh 4 komponen yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi, pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu system,setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang terbentuk sister kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya maka system kurikulum juga akan terganggu.

 
  1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam sekala macro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau system nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur,yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu :
a. Tujuan Pendidikan Nasional ( TPN)
b. Tujuan Institusional ( TI )
c. Tujuan Kurikuler ( TK )
d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran ( TP )
 
1) Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undan-undang. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari system nilai pancasila dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehudupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2) Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setip lembaga pendidikan. Tujuan institusional merupan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jejnjang pendidikan tinggi.

3) Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang setudi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dpat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.

4) Tujuan Pembelajaran yang merupakn bagian dari tujuan kurikuler,dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru.
 
Menurut Bloom, dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam 3 klasifikasi atau 3 domain ( bidang ), yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Domain Kognitif
Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan yaitu : 
1) Pengetahuan ( Knowledge )
Pengetahuan ( knowledge ) adalah kemampuan mengingat dan kemampuan mengingkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya ( recall ). Kemapuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang paling rendah. Kemampuan dalam bidang kemampuan ini dapat berupa : Pertama, pengetahuan tentang sesuatu yang khusus ; pengetahuan tentang fakta. Pengetahuan mengingat fakta smacam ini sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Kedua, pengetahuan tentang cara/ prosedur atau cara suatu proses tertentu.
2) Pemahaman ( comprehension )
Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek pembelajaran. Kemampuan untuk memahami akan mungkin terjadi manakala didahului oleh sejumlak pengetahuan ( knowledge ). Oleh sebab itu, pemahaman lebih tinggi ditingkatkanya dari pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan mengankap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa merupakan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan ataupun kemampuan ekstrapolasi. Kemampuan menjelaskan yakni kesanggupan untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu, pemahaman menafsirkan sesuatu, dan pemahaman ekstrapolasi.
3) Penerapan ( application )
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur ada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan mengamplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hokum,konsep, ide dan lain sebagainya kedalam sesuatu yang lebih konkrit.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungn antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang komplek yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu biasanya analisis diperuntukan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas.
5) Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau meliaht hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan menyatukan unsure atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis, merupakan kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam doain kognitif tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagi pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu. Untik dapat memiliki kemampuan memberikan penilaian dibutuhkan kemampuan-kemampuan sebelumnya.
Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat rendah ; sedangkan tiga tingkatan selanjutnya yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi.

b. Domain afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya, seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut Krathwohl dan kawan-kawan ( 1964 ), dalam bukunya Taxonomi of Educational Objectives : Affective Domain, Domain afektif memiliki tingkatan yaitu :
1) Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu manakal mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau kondisi yang ada. Kemudian mereka juga menunjukan kerelaan untuk menerima, bersedia untuk memerhatikan gejala, atau kondisi yang diamatinya itu. Akhirnya, mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala perhatiannya terhadap objek itu.
2) Merspon
Merespon atau menanggapi ditunjukan oleh kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya. Respon biasanya diawali dengan diam-diam, kemudian dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kesadaran, setelah itu baru dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kepuasan.
3) Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuj memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu. Menghargai terdiri dari penerimaan suatu nilai dengan keyakinan tertentu seperti menerima adanya keasan atau persamaan hak antara laki-laki dan perempuan; mengutamakan suatu nilai seperti memiliki keyakinan akan kebenaran suatu ajaran tertentu, serta komitmen akan kebenaran yang diyakininya dengan aktivitas.
4) Mengorganisasi
Tujuan yang berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan pengembangan nilai kedalam system organisai tertentu, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu. Tujuan ini terdiri dari mengkonseptualisasikan nilai, yaitu memahami insur-unsur abstrak dari suatu nilai yang dimiliki dengan nilai-nilai yang datang kemudian; serta mengorganisasi suatu system nilai, yaitu nengembangkan suatu system nilai yang saling berhubungan yang konsisten dan bulat dan termasuk nilai-nilai yang lepas-lepas.
5) Karakterisasi Nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi system nilai dengan pengkajian secara mendalam , sehingga nilai-nilai yang dibangunkannya itu dijadikan pandangan ( falsafah ) hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.

c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk kedalam domain ini :
1) Persepsi ( Perception )
2) Kesiapan ( Set )
3) Meniru ( Imitation )
4) Membiasakan ( habitual )
5) Menyesuaikan ( Adaptation )
6) Menciptakan ( Organization )
Persepsi merupanan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu yang dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya hanya mungkin dimiliki oleh seseorang sesuai dengan sikapnya. Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorng untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan perilaku-perilaku khusus.
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempralktekan dalam gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya. Kemampuan meniru tidak selamanya diikuti oleh pemahaman tentang pentingnya serta makna gerakan yang dilakukannya.
Kemampuan habitual sudah merupakan kemampuan yang didorong oleh kesadaran dirinya walaupun gerakan yang dilakukannya masih seperti pola yang ada.
Baru dalam tahapan berikutnya, yaitu kemampuan yang berhadaptasi gerakan atau kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang ada.
Tahap akhir dari keterampilan ini adalah tahap mengorganisasikan, yakni kemapuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya. Tahap ini merupakan tahap puncak dari keseluruhan kemampuan, yang tergambardari kemampuanya menghasilkan sesuatu yang baru.
 
2. Komponen Isi /Materi Pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau mteri pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mta pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

3. Komponen Metode/Strategi
Strategi dan metode merupakan komponenketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Begitu pula dengan pendapat T. Rakjoni yang mengartikan strategi pembelajaran sebagai pla dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
Dari dua pengertian diatas ada dua hal yang perlu diamati, yaitu:
1) Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan ( rangkaian tindakan ) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
2) Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategiyang telah ditetapkan. Dalam satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan ( approach ). Sebenarnya pendekatn berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadapp proses pembelajaran. Roy Killer (1998), ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
1) Pendekatan yang berpusat pada guru ( tescher centered approaches )
2) Pendekatan yang berpusat pada siswa ( student centered approach )
Rowntree (1974), straregi pembelajaran dibagi atas:
1) Strategi Exposition dan Strategi Discovery Learning
2) Strategi Groups dan Individual Learning
 
4. Kompnen Evaluasi
Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni diemnsi I (formatif-sumatif), dimensi II (proses-produk) dan dimensi III ( operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa). 
Dengan adanya tiga dimensi itu, maka dapat digambarkan sebagai kubus. Selain itu dapat lagi kurikulum ditinjau dari segi historis, yakni bagaimanakah kurikulum sebelumnya yang dipandang Oleh sebab ketiga dimensi itu masing-masing mempunyai dua komponen, maka keseluruhan evaluasi terdiri dari enam komponen yang bertkaitan satu sama lainnya.
a) Dimensi I
a. Formatif : evaluasi dilakukan sepanjang oelaksanaan kurikulum. Data dikumpilkan dan dianalisis untuk menemukan masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin.
b. Sumatif : proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka waktu tertentu, misalnya pada akhir semester , tahun pelajaran atau setelah lima tahun untuk mengetahui evektifitas kurikulum dengan menggunakan semua data yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses implementasi kurikulum
b) Dimensi II
a. Proses : yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam pelaksanaan kurikulum. Tujuannya ialah untuk mengetahui metode dan proses yang digunakan dalam implementasi kurikulum. Metode apakah yang digunakan? Apakah tepat penggunaannya? Apakah berhasil baik atau tidak? Kesulitan apa yang dihadapi?
b. Produk : yang dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata, yang dapat dilihat dari silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh
guru dan hasil-hasil siswaberupa hasil test, karangan, termasuk tesis, makalah, dan sebagainya.
c) Dimensi III
a. Operasi : disini dievaluasi keseluruhan proses pengembangan kurikulum termasuk perencanaan , disain, implementasi, administrasi, pengawasan, pemantauan dan penilaiannya. Juga biaya, staf pengajar, penerimaan siswa,pendeknya seluruh operasi lembaga pendidikan itu
b. Hasil belajar siswa : disini yang dievaluasi ialah hasil belajar siswa berkenaan dengan kurikulum yang harus dicapai, dinilai berdasarkan standar yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan determinan kurikulum, misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari pihak konsumen luar
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir ( Olivia, 1988 ). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Fungsi evaluasi menurut Scriven ( 1967 ) adalah evaluasi sebagai fingsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif.
Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencpaian tujuan dapt dikelompokan kedalam du jenis, yaitu tes dan non tes.
1) Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasai materi pmbelajaran. Hasil tes biasanya diolah secara kuantitatif. Proses pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan setelah berakhir pembahasan satu pokok bahasan, atau setelah selesai satu caturwulan atau satu semester.
a) Kriteria Tes sebagai Alat Evaluasi
Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Tidak dikatakan tes memiliki tingkat validitas seandainya yang hendak diukur kemahiran mengoprasikan sesuatu,tetapi yang digunakan adalah tertertulis yang mengukur keterpahaman suatu konsep.
Tes memiliki tingkat reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten. Ada beberapa teknik untuk menetukan tingkat reliabilitas tes, yaitu :
1) Pertama, dengan tes-retes, yaitu dengan mengkorelasikan hasil testing yang pertama dengan hasil testing yang kedua.
2) Kedua, dengan mengkorelasikan hasil testing antara item ganjil dengan item genap (idd-even  method )
3) Ketiga, dengan memecah hasil testing menjadi dua bagian, kemudian keduannya dikorelasikan
 
b) Jenis-jenis Tes
Tes hasil belajar dapat dibedakan atas beberapa jenis.
1. Berdasarkan jumlah peserta
a) Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama
b) Tes individual adalah tes yang dilakukan kepada seorang sisw secara perorangan
 
2. Berdasarkan cara penyusunannya
a) Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan. Tes buatan guru biasanya tidak terlalu memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitas.
b) Tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sehingga berdasarkan kemampuan tes tersebut, tes standar dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa pada masa yang akan dating.
 
3. Dilihat dari pelaksanaannya
a) Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan cara menjawab sejumlah item soal dengan cara tertulis. Ada dua jenis tes yang termasuk kedalam tes tertulis ini, yaitu tes esai dan tes objektif. Tes esai adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara terbuka yaitu menjelaskan atau menguraikan melalui kalimat yang disusunnya sendiri. Tes objektif adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan
b) Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara lisan. Tes ini bagus untuk menilai kemampuan nalar siswa. Tes lisan hanya mungkin dapat dilakukan manakala jumlah siswa yang dievaluasi sedikit, srta menilai sesuatu yang tidak terlalu luas akan tetapi mendalam.
c) Tes perbuatan adalah tes dalambentuk peragaan.tes ini cocok manakala kita ingin mengetahui kemampuan dan keterampilan seseorang mengenai sesuatu.
 
2) Non Tes
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi, diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala penilaian.
a) Observasi
Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkal laku pada situasi tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi partisipatif dan non partisipatif.
a. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan menempatkan observer sebagai bagian dimana observasi itu dilkukan.
b. Observasi non partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat. Artinya, observer dalam melakukan pengamatan tidak aktif sebagai bagian dari itu, akan tetapi ia berperan smata-mata hanya sebagai pengamat saja.
b) Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan yang mewawancarai. Ada dua jenis wawancra, yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak langsung.Wawancara langsung dimana pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang ingin dievaluasi.Wawancara tidak langsung dilakukan dimana pewawancara ingin mengumpulkan data subjek melalui perantara.
c) Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus-menerus.
d) Skala Penilaian
Skala penilaian atau biasa disebut rating scale merupakan salah satu alat penilaian dengan menggunakan skala yang telah disusun dari ujung negatif sampai dengan ujung positif, sehingga pada skala tersebut penilaian tinggal member tanda cek ( V )


Referensi 

Filsafat Pendidikan

Tugas UAS komputer AUD STKIP ADZKIA

Fungsi Triggers dan membuat Link di Powerpoint Trigger  Pilih amimasi yg akan digunakan pada  tombol yang dipilih Kemudian kl...